Rangkuman Biologi Kelas 10 Semester 2

Image result for yellow jellyfish
BAB 7
PLANTAE

A. BRYOPHYTA
Ciri-ciri Bryophyta
Bryophyta berasal dari bahasa Yunani, katabryumyang berarti lumut dan phytaartinya adalah tumbuhan. Tumbuhan lumut memiliki ciri-ciri:
  1. Memiliki habitat di daerah yang lembap.
  2. Tumbuhan lumut merupakan peralihan dari thallophyta ke cormophyta, karena tumbuhan lumut belum memiliki akar sejati.
  3. Akar pada tumbuhan lumut masih berupa rhizoid, selain itu tumbuhan ini belum memiliki berkas pembuluh angkut xylem dan floem, sehingga untuk mengangkut zat hara dan hasil fotosintesisnya menggunakan sel-sel parenkim yang ada.
  4. Tumbuhan lumut memiliki klorofil atau zat hijau daun sehingga cara hidupnya fotoautotrof.
  5. Tumbuhan lumut dalam hidupnya dapat bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan spora haploid dan reproduksi seksual dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina.
  6. Dalam siklus hidupnya atau metagenesis tumbuhan lumut, akan didapati fase gametofit, yaitu tumbuhan lumut sendiri yang lebih dominan dari fase sporofit, yaitu sporogonium.
Klasifikasi Bryophyta
Divisio tumbuhan lumut dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
  1. Musci (lumut daun) Disebut lumut daun karena pada jenis lumut ini telah ditemukan daun meskipun ukurannya masih kecil. Lumut daun merupakan jenis lumut yang banyak dijumpai sehingga paling banyak dikenal. Contoh-contoh spesiesnya adalah Polytrichum juniperinum, Furaria, Pogonatum cirratum, danSphagnum.
  2. Hepaticae (lumut hati) Lumut hati atau Hepaticae dapat bereproduksi secara seksual dengan peleburan gamet jantan dan betina, secara aseksual dengan pembentukan gemmae. Contohnya adalah Marchantia polymorpha.
  3. Anthocerotaceae (lumut tanduk) Disebut sebagai lumut tanduk karena morfologi sporofitnya mirip seperti tanduk hewan. Contohnya adalah Anthoceros leavis.
Metagenesis atau Pergiliran Keturunan Lumut
Pada tumbuhan lumut, proses reproduksi baik secara seksual dan aseksual berlangsung melalui suatu proses yang disebut sebagai metagenesis. Dalam metagenesis, terjadi pergiliran keturunan antara generasi sporofit (2n) dan generasi gametofit (n). Ketika ada spora yang jatuh pada tempat yang sesuai, maka spora tadi akan tumbuh menjadi protonema. Protonema tadi akan segera tumbuh menjadi tumbuhan lumut dewasa yang akan menghasilkan gamet jantan, yaitu anteridium yang akan menghasilkan spermatozoid dan juga menghasilkan gamet betina, yaitu arkegonium yang akan menghasilkan ovum. Apabila terjadi fertilisasi antara spermatozoid dengan ovum maka akan terbentuk zigot, zigot tadi akan segera berkembang menjadi sporogonium yang akan menghasilkan spora. Spora yang dihasilkan sporogonium akan membelah dan akan keluar serta tumbuh lagi menjadi protonema. Siklus akan berjalan seperti semula.
Peranan Tumbuhan Lumut dalam Kehidupan
Dalam kehidupan, tumbuhan lumut juga memiliki manfaat, di antaranya adalah:
  1. Dalam ekosistem yang masih alami, lumut merupakan tumbuhan perintis karena dapat melapukkan batuan sehingga dapat ditempati oleh tumbuhan yang lain.
  2. Lumut dapat menyerap air yang berlebih, sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.
  3. Lumut jenis Marchantia polymorphadapat digunakan sebagai obat radang hati.
  4. Lumut Sphagnumdapat dijadikan sebagai bahan pengganti kapas untuk industri tekstil.


B. PTERYDOPHYTA
Sama dengan tumbuhan lumut, tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang sebagian besar hidup di tempat-tempat yang lembap.
Ciri-ciri Pterydophyta
Tumbuhan paku memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Berbeda dengan tumbuhan lumut, tumbuhan paku sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Oleh karena itu, tumbuhan paku termasuk kormophyta berspora.
  2. Baik pada akar, batang, dan daun, secara anatomi sudah memiliki berkas pembuluh angkut, yaitu xilem yang berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari akar menuju daun untuk proses fotosintesis, dan floem yang berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.
  3. Habitat tumbuhan paku ada yang di darat dan ada pula yang di perairan serta ada yang hidupnya menempel.
  4. Pada waktu masih muda, biasanya daun tumbuhan paku menggulung dan bersisik.
  5. Tumbuhan paku dalam hidupnya dapat bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan gemmae dan reproduksi seksual dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina.
  6. Dalam siklus hidup (metagenesis) terdapat fase sporofit, yaitu tumbuhan paku sendiri.
  7. Fase sporofit pada metagenesis tumbuhan paku memiliki sifat lebih dominan daripada fase gametofitnya.
  8. Memiliki klorofil sehingga cara hidupnya hidupnya fotoautotrof.
 pteridophyta (tumbuhan paku)
Macam-macam daun pada tumbuhan paku adalah:
Berdasarkan ukurannya
  • Mikrofil. Berasal dari kata mikroyang berarti kecil dan foliumyang berarti daun, jadi daun ini memiliki ukuran yang kecil dan jaringan-jaringan di dalamnya belum terdiferensiasi secara jelas.
  • Makrofil Berasal dari kata makroyang artinya besar dan foliumyang berarti daun, jadi daun ini memiliki ukuran yang besar dan sudah terdiferensiasi. Di sini sudah bisa didapatkan jaringan epidermis serta daging daun yang terdiri atas jaringan spons dan jaringan bunga karang.
Berdasarkan fungsinya
  • Tropofil. Merupakan daun yang hanya berguna untuk fotosintesis. Pada daun ini, tidak dihasilkan spora yang merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan paku.
  • Sporofil. Merupakan jenis daun pada tumbuhan paku yang selain dapat digunakan untuk fotosintesis juga dapat menghasilkan spora. Spora tumbuhan paku terletak dalam sorus yang merupakan kumpulan dari kotak spora (sporangium).
Berdasarkan jenis-jenis spora yang dihasilkan, dikenal tumbuhan paku homospora, paku peralihan, dan paku heterospora.
  1. Paku homospora. Merupakan jenis paku yang hanya menghasilkan spora jantan atau spora betina saja. Contohnya adalah Lycopodiumatau paku kawat.
  2. Paku peralihan. Merupakan jenis paku yang dapat menghasilkan dua macam spora, yaitu spora jantan dan spora betina. Namun, spora-spora yang dihasilkan tersebut memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Contohnya adalah Equisetum debile.
  3. Paku Heterospora. Merupakan jenis paku yang dapat menghasilkan spora dengan jenis dan ukuran yang berbeda, yaitu spora jantan dan spora betina. Spora jantan memiliki ukuran yang lebih kecil, atau biasa disebut sebagai mikrospora dan spora betina memiliki ukuran yang lebih besar, atau biasa disebut sebagai makrospora. Contohnya adalah Marsilea crenata (semanggi) dan Selaginella widenowii.
Klasifikasi Pterydophyta
Tumbuhan paku dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu:
  1. Psilophytinae. Contohnya adalah Psilotum nodum. Anggota kelas ini banyak yang telah punah.
  2. Equisetinae. Contohnya adalah Equisetum debile atau paku ekor kuda.
  3. Lycopodinae. Contohnya adalah Lycopodiumatau paku kawat dan Marsilea crenata (semanggi).
  4. Filicinae. Contohnya adalah paku pakis.
Metagenesis atau Pergiliran Keturunan Paku
Pada metagenesis tumbuhan paku, baik pada paku homospora, paku heterospora, ataupun paku peralihan, pada prinsipnya sama. Ketika ada spora yang jatuh di tempat yang cocok, spora tadi akan berkembang menjadi protalium yang merupakan generasi penghasil gamet atau biasa disebut sebagai generasi gametofit, yang akan segera membentuk anteredium yang akan menghasilkan spermatozoid dan arkegonium yang akan menghasilkan ovum. Ketika spermatozoid dan ovum bertemu, akan terbentuk zigot yang diploid yang akan segera berkembang menjadi tumbuhan paku. Tumbuhan paku yang kita lihat sehari-hari merupakan generasi sporofit karena mampu membentuk sporangium yang akan menghasilkan spora untuk perkembangbiakan. Fase sporofit pada metagenesis tumbuhan paku memiliki sifat lebih dominan daripada fase gametofitnya.
Manfaat Tumbuhan Paku
Dalam kehidupan sehari-hari, tumbuhan paku juga berperan dalam kehidupan, antara lain:
  1. Sebagai tanaman hias, misalnya Adiantum cuneatum(suplir), Asplenium nidus (paku sarang burung) dan Platycerium biforme(paku simbar menjangan).
  2. Sebagai tanaman obat, misalnya rimpang dari Aspidium filixmas (Dryopteris)yang mampu mengobati cacingan.
  3. Sebagai bingkai dalam karangan bunga.
  4. Sebagai pupuk hijau.
  5. Sebagai sayuran, contohnya adalah Marsilea crenata(semanggi).

C. SPERMATOPHYTA
Seperti halnya tumbuhan lumut dan tumbuhan paku, tumbuhan berbiji merupakan tumbuhan berkormus karena sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati.
Ciri-ciri Spermathophyta
Spermatophyta berasal dari kata spermaeyang berarti biji dan phyton yang berarti tumbuhan. Tumbuhan ini memiliki ciri utama, yaitu ditemukannya suatu organ, yaitu biji yang berasal dari bakal biji. Pada tumbuhan berbiji, juga sudah dilengkapi dengan berkas pembuluh angkut, yaitu xylem dan floem.
Spermathophyta (Tumbuhan Berbiji)
Klasifikasi Spermathophyta
Spermathophyta dapat dibagi menjadi 2 kelas, yaitu:
  1. Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka). Tumbuhan Gymnospermae disebut juga tumbuhan berbiji telanjang, karena bakal bijinya tidak dibungkus oleh daun buah. Terdapat kambium sehingga dapat tumbuh membesar. Daun kebanyakan kaku dan sempit, ada yang berbentuk jarum, misalnya pada pinus, ada yang seperti pita bertulang daun sejajar, misalnya pakis haji, dan ada pula agak lebar bertulang daun menyirip, misalnya melinjo. Bunga umumnya tidak memiliki mahkota atau bila memiliki mahkota tidak berwarna mencolok dan bentuknya seperti sisik. Klasifikasi tumbuhan Gymnospermae dibagi menjadi: 1) Coniferales. Coniferales berarti kerucut, ditandai dengan adanya strobilus yang berbentuk kerucut. Bakal buah berada pada strobilus betina yang memiliki ukuran lebih besar daripada strobilus jantan yang mengandung serbuk sari. Selain itu, secara morfologi memiliki bentuk bangun tubuh seperti kerucut. Contohnya adalah Pinus merkusii(pinus), Araucaria, Cupresus. 2) Ginkgoales. Sama halnya dengan ordo Cycadales, anggota Ginkgoales juga tumbuhan yang berumah dua. Strobilus jantan dan strobilus betina dihasilkan pada individu yang berlainan. Contohnya adalah Ginkgo biloba. 3) Cycadales. Batang dari tanaman yang termasuk anggota ordo ini tidak bercabang, memiliki daun majemuk seperti daun kelapa yang tersusun sebagai tajuk pada batang yang memanjang. Morfologi tumbuhan ini sangat mirip dengan tumbuhan palempaleman. Contoh yang masih ada sampai sekarang adalah tanaman pakis haji (Cycas rumphi). Anggota dari ordo Cycadales adalah berumah dua, di mana strobilus jantan dan strobilus betina dihasilkan pada individu yang berlainan. 4) Gnetales. Sampai sekarang contoh spesies dari kelas ini yang sering kita jumpai adalah tumbuhan melinjo (Gnetum gnemon). Sama halnya dengan yang lainnya, melinjo dalam perkembangbiakannya juga ditemukan adanya bunga jantan dan bunga betina.
  2. Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup). Disebut sebagai tumbuhan berbiji tertutup dikarenakan bakal biji yang dimiliki tumbuhan ini dilindungi oleh daun buah. Pada tumbuhan ini juga telah memiliki bunga yang sesungguhnya, memiliki bentuk dan susunan urat daun yang beranekaragam. Ada daun yang pipih, sempit, ataupun lebar, dan susunan urat daunnya ada yang menyirip, menjari, melengkung, ataupun sejajar seperti pita. Alat perkembangbiakan secara generatif berupa bunga. Macam-macam bunga: 1) Bunga lengkap Merupakan bunga yang memiliki semua bagian bunga tanpa terkecuali, yaitu tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, dan putik. Contohnya adalah bunga mawar, melati (Jasminum sambac), dan bunga sepatu. 2) Bunga tidak lengkap Merupakan bunga yang tidak memiliki salah satu bagian bunga. Contohnya adalah bunga tanaman rumput-rumputan yang tidak memiliki mahkota bunga. 3) Bunga sempurna Merupakan bunga yang memiliki benang sari dan putik sekaligus, selain itu juga memiliki bagian-bagian bunga yang lain. Contohnya adalah bunga sepatu. 4) Bunga tidak sempurna Merupakan bunga yang hanya memiliki benang sari atau hanya memiliki putik saja, selain itu juga memiliki bagian-bagian bunga yang lain. Contohnya adalah bunga salak, bunga kelapa, jagung, dan melinjo. Bunga yang hanya memiliki benang sari biasa disebut juga sebagai bunga jantan dan bunga yang hanya memiliki putik saja biasa disebut sebagai bunga betina. Klasifikasi Angiospermae berdasarkan jumlah keping biji yang ada, dibedakan menjadi dua kelas, yaitu: 1) Monokotil Berasal dari kata monoyang berarti satu atau tunggal dan kotiledonae yang artinya keping biji. Jadi, tumbuhan monokotil adalah tumbuhan yang hanya memiliki satu keping atau daun biji. Tumbuhan ini memiliki perakaran serabut dan secara umum tumbuhan ini tidak bercabang. Daun yang dimiliki memiliki tulang daun sejajar ataupun melengkung. Bagianbagian bunga yang dimiliki berjumlah kelipatan tiga. Secara anatomi, baik pada bagian batang ataupun akar tidak akan dijumpai kambium, sehingga pada tumbuhan monokotil hanya mengalami pertumbuhan memanjang saja, tumbuhan monokotil memiliki berkas pembuluh angkut yang tersebar dan tidak teratur.
Berikut ini adalah famili-famili dari tumbuhan monokotil:
  1. a) Liliaceae, contohnya kembang sungsang.
  2. b) Poaceae atau Graminae, contohnya padi, alang-alang, dan jagung.
  3. c) Zingiberaceae, contohnya jahe, lengkuas, dan kencur.
  4. d) Musaceae, contohnya pisang.
  5. e) Orchidaceae, contohnya anggrek.
  6. f) Arecaceae, contohnya kelapa, palem.
Dikotil
Pada biji dikotil akan didapatkan dua keping atau daun biji. Itulah ciri pokok dari tumbuhan dikotil. Selain itu, secara umum pada batang tumbuhan dikotil didapatkan cabang, serta memiliki sistem perakaran tunggang. Tumbuhan dikotil memiliki sistem tulang daun menyirip atau menjari. Baik di dalam akar ataupun batang akan dijumpai adanya kambium yang memiliki fungsi untuk pertumbuhan. Selain tumbuh memanjang, tumbuhan dikotil juga mengalami pertumbuhan membesar atau melebar, dikarenakan aktivitas kambium. Berkas pembuluh angkut xylem dan floem tersusun teratur dalam satu lingkaran. Berikut ini adalah famili-famili tumbuhan dikotil:
  1. Euphorbiaceae, contohnya karet.
  2. Moraceae, contohnya beringin.
  3. Papilionaceae, contohnya kacang tanah.
  4. Labiatae, contohnya kentang.
  5. Convolvulaceae, contohnya kangkung.
  6. Apocynaceae, contohnya kamboja.
  7. Rubiaceae, contohnya kopi.
  8. Verbenaceae, contohnya jati.
  9. Myrtaceae, contohnya cengkeh.
  10. Rutaceae, contohnya jeruk.
  11. Bombacaceae, contohnya durian.
  12. Malvaceae, contohnya waru.
  13. Mimosaceae, contohnya putri malu.
  14. Caesalpiniaceae, contohnya asam


BAB 8
ANIMALIA
A. PORIFERA
Porifera atau biasa disebut sebagai hewan berpori berasal dari kata pori yang berarti lubang kecil dan feroyang berarti membawa atau mengandung.
Ciri-ciri Porifera
  1. Merupakan hewan multiselluler(multi = banyak, selluler = sel).
  2. Habitat di perairan terutama di air laut.
  3. Tubuhnya tersusun atas jaringan diploblastik (terdiri atas 2 lapisan jaringan). 1) Lapisan ektoderm yang terdiri atas selapis sel yang pipih yang berfungsi sebagai kulit yang disebut pinakosit. 2) Lapisan endoderm yang terdiri atas sel leher atau koanosit.
  4. Memiliki tubuh yang berbentuk seperti piala atau botol dan hidupnya bersifat sessil atau menetap atau menempel pada substrat tertentu.
  5. Reproduksi vegetatif dengan tunas atau kuncup, gemmule (kuncup dalam), generatif dengan pembentukan sel gamet.
porifera
Struktur Tubuh Porifera dan Fungsinya
Pada tubuh Porifera terdapat pori-pori sebagai jalan masuknya air yang membawa makanan, kemudian oleh flagela yang ada pada koanosit, zat-zat makanan tadi akan ditangkap dan akan dicerna oleh koanosit atau sel leher.
Setelah makanan tercerna, oleh sel amoebosit, maka sari-sari makanan akan diedarkan ke seluruh tubuh. Air yang sudah tidak mengandung zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui oskulum. Di antara lapisan ektoderm dan endoderm terdapat rongga yang disebut mesenkim atau mesoglea tempat dari sel amoeboid dan skleroblast yang merupakan penyusun rangka atau spikulaberada.
Porifera tidak mempunyai sel saraf. Sel-sel pada Porifera sensitif terhadap rangsang antara lain choanocyt dan myocyt, karena itu gerakan dari flagellumpada choanocyt tergantung pada keadaan lingkungan. Kemampuan myocyt terhadap stimulus adalah gerakan mengkerut/ mengendurnya sel tubuh sehingga porocytataupun osculumbisa menutup dan membuka. (Sri Dwi Astuti, 2000:45)
Reproduksi Porifera
Porifera bereproduksi melalui dua cara, yaitu secara generatif ataupun secara vegetatif. Reproduksi generatif, yaitu dengan sel-sel kelamin yang dihasilkan oleh sel amoeboid. Porifera termasuk hewan monoesius atau hermafrodit karena dalam satu tubuh bisa menghasilkan dua sel kelamin sekaligus.
Reproduksi vegetatif dengan pembentukan tunas ataupun kuncup. Ketika kuncup atau tunas-tunas tersebut lepas akan tumbuh menjadi individu baru. Apabila Porifera berada dalam lingkungan yang kering, maka akan membentuk gemmule atau kuncup dalam yang nantinya juga bisa tumbuh menjadi individu baru.
Klasifikasi Porifera
Berdasarkan bahan penyusun rangka tubuh, Porifera diklasifikasikan menjadi:
  1. Calcarea. Merupakan kelas Porifera yang rangka tubuhnya terdiri dari spikula yang spongin (dari senyawa protein) tersusun atas zat kapur, contohnya adalah Grantiadan Scypa.
  2. Hexactinellida. Merupakan Porifera yang rangka tubuhnya terdiri dari spikula, contohnya adalah Eupectella.
  3. Demospongia. Merupakan Porifera yang spikulanya berasal dari campuran zat kapur atau silikat, contohnya adalah Euspongia , Spongilla
Tipe-tipe Saluran Air pada Porifera
Berdasarkan jalan masuknya air ke dalam tubuh, Porifera dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:
  1. Asconoid. Tipe asconoid adalah tipe yang paling sederhana pada Porifera. Air akan masuk ke ostium, lalu menuju ke atrium atau rongga tubuh dan akan keluar lewat oskulum.
  2. Syconoid. Dibandingkan dengan tipe asconoid, jenis ini lebih rumit. Air yang masuk melalui pori-pori atau ostium akan menuju saluran radial, lalu ke atrium atau rongga dan keluar melalui oskulum.
  3. Leuconoid atau Rhagon. Merupakan tipe yang paling kompleks pada Porifera. Air masuk melalui pori-pori atau ostium, kemudian menuju saluran radial yang bercabang-cabang, kemudian masuk ke bagian atrium dan akan keluar melalui oskulum.
Peranan Porifera
Tubuh Porifera yang sudah mati dapat dimanfaatkan sebagai penggosok ketika mandi ataupun mencuci. Selain itu, dapat juga dimanfaatkan sebagai hiasan yang ada pada akuarium

B. COELENTERATA
setelah membahas mengenai Porifera maka pada kesempatan kali ini Pojok Ilmu akan berbagi artikel mengenai Coelenterata. Coelenterata termasuk dalam phylum yang masih primitif. Hewan ini disebut juga sebagai hewan berongga. Coelonartinya rongga dan entero artinya usus. Jadi, hewan ini menggunakan rongga tubuh yang dimilikinya sebagai tempat pencernaan makanan.
Coelenterata
Ciri-ciri Coelenterata
  1. Tubuh simetri radial.
  2. Diploblastik (tubuh terdiri atas dua lapisan jaringan).
  3. Memiliki rongga tubuh yang digunakan sebagai usus.
  4. Habitat di perairan, baik perairan tawar maupun laut.
  5. Pencernaan makanan dengan sistem gastrovaskuler.
  6. Memiliki lengan (tentakel) yang dilengkapi dengan sel beracun atau cnidoblast.
  7. Memiliki 2 tipe tubuh, yaitu: 1) Tipe polip, yaitu tipe tubuh yang hidupnya tak bebas atau menempel pada substrat tertentu. 2) Tipe medusa(seperti payung ), yaitu tipe yang dapat hidup bebas karena memiliki kemampuan untuk berenang.
Struktur Tubuh Coelenterata dan Fungsinya
Seperti halnya pada Porifera, tubuh Coelenterata juga terdiri atas lapisan ektoderm atau lapisan luar dan endoderm atau lapisan dalam. Antara kedua lapisan tersebut terdapat rongga yang disebut sebagai mesoglea. Untuk mempertahankan diri terhadap musuhnya, pada lengan atau tentakel memiliki kemampuan untuk menghasilkan racun. Selain itu, tentakel juga berfungsi untuk menangkap makanan.
Reproduksi Coelenterata
Coelenterata bereproduksi secara generatif (seksual) maupun vegetatif (aseksual). Reproduksi generatif atau seksual terjadi dengan peleburan antara sel kelamin jantan (sperma) dan sel telur (ovum). Reproduksi vegetatif (aseksual) melalui pembentukan tunas. Apabila tunas pada tubuhnya lepas maka akan tumbuh menjadi individu baru.
Klasifikasi Coelenterata
Secara garis besar Coelenterata dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Hydrozoa, Scyphozoa, dan Anthozoa.
  1. Hydrozoa. Hydramerupakan hewan yang memiliki habitat di perairan (laut dan tawar). Hewan ini dilengkapi dengan tentakel atau lengan yang berguna untuk bergerak dan juga sekaligus untuk menangkap mangsa. Pada tentakel tersebut dilengkapi dengan nematosit, yaitu sel-sel yang dapat menghasilkan racun untuk melumpuhkan mangsanya. Hydraberkembang biak secara vegetatif dengan tunas dan generatif dengan peleburan sperma dan ovum. Meskipun termasuk hewan monoesius (hermafrodit), hewan ini tidak bisa melakukan pembuahan sendiri karena dewasanya sel telur dan sperma yang dihasilkan tidak bersamaan, sehingga dalam fertilisasi tetap memerlukan individu yang lain. Contohnya adalah Hydra.
  2. Scyphozoa. Bentuk tubuh Scyphozoa menyerupai mangkuk atau cawan, sehingga sering disebut ubur-ubur mangkuk. Contoh hewan kelas ini adalah Aurellia aurita, berupa medusa berukuran garis tengah 7 – 10 mm, dengan pinggiran berlekuk-lekuk 8 buah. Hewan ini banyak terdapat di sepanjang pantai.
  3. Anthozoa. Anthozoa merupakan Coelenterata yang memiliki bentuk tubuh menyerupai bunga. Kelas ini merupakan pembentuk anemon laut atau terumbu karang yang dapat menambah keindahan pemandangan di laut.
Peranan Coelenterata
Dalam kehidupan, peranan Coelenterata antara lain:
  1. Dalam perairan berperan sebagai plankton.
  2. Penyusun terumbu karang yang ada di lautan.
  3. Sebagai hiasan

C. PLATHYHELMINTHES
Setelah Membahas mengenai Porifera dan Coelenterata, maka pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai Platyhelminthes. Orang sering menyebut phylum cacing ini sebagai cacing pipih.
Ciri-ciri Plathyhelminthes
  1. Tubuh pipih dan tidak berbuku-buku.
  2. Sistem pencernaan dengan gastrovaskuler.
  3. Sistem pencernaan tidak sempurna (tidak memiliki anus).
  4. Sistem transportasi secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh.
  5. Sistem saraf dengan ganglion.
  6. Sistem ekskresi menggunakan sel api.
  7. Tidak memiliki sistem peredaran darah.
  8. Berespirasi secara difusi melalui seluruh permukaan tubuhnya.
Platyhelminthes
Struktur Tubuh Plathyhelminthes
Tubuh cacing ini terdiri atas 3 lapisan jaringan, yaitu ektoderm (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah), dan endoderm (lapisan dalam) serta tidak memiliki rongga tubuh atau bersifat triploblastik aselomata.
Klasifikasi Plathyhelminthes
Plathyhelminthes dikelompokkan menjadi 3 kelas, yaitu:
  1. Turbellaria atau cacing berbulu getar.
  2. Trematoda atau cacing isap.
Cestoda atau cacing pita
  1. Turbellaria (cacing berbulu getar). Turbellaria atau cacing berbulu getar merupakan cacing yang hidup bebas. Contohnya adalah Planaria. Planariaadalah cacing yang hidup secara bebas di perairan. Cacing ini bisa dijadikan sebagai bioindikator terhadap kadar pencemaran di suatu perairan. Cacing ini suka hidup di perairan yang bersih atau belum tercemar. Planaria memiliki sistem pencernaan yang masih sederhana. Makanan akan ditangkap melalui tonjolan faring yang berada pada bagian tengah ventral tubuhnya. Makanan yang sudah ditangkap lalu dimasukkan dalam usus yang bercabang-cabang untuk dicerna. Hasil pencernaan makanan akan berdifusi ke seluruh jaringan tubuh, sementara itu sisa pencernaan akan dikeluarkan lewat mulut. Planariamerupakan cacing yang bersifat karnivora. Cacing ini memiliki alat pengeluaran atau ekskresi berupa sel api atau flame cell. Planariabereproduksi secara seksual dengan peleburan sperma dan ovum. Planariabersifat hermafrodit, namun demikian tidak pernah ada pembuahan sendiri karena matangnya sperma dan ovum tidak dalam waktu yang bersamaan. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi atau memotong diri. Setiap potongan tubuhnya mampu menjadi individu baru. Pada bagian kepala, di antara stigma (bintik mata) terdapat ganglion yang merupakan pusat saraf. Ganglion mengalami pemanjangan oleh saraf tepi yang menuju ke arah posterior. Antara kedua saraf tepi tersebut, akan dihubungkan oleh cabang saraf melintang, sehingga susunan sarafnya seperti tangga, oleh karena itu sistem saraf pada Planaria disebut sistem saraf tangga tali.
  2. Trematoda (cacing isap). Anggota cacing ini semuanya bersifat parasit, baik pada hewan ternak ataupun pada manusia. Tubuh cacing ini dibungkus oleh kutikula untuk mempertahankan diri.
Contoh Trematoda antara lain:
1) Fasciola hepatica (cacing hati pada ternak). Cacing ini memiliki panjang 2-6 cm. Habitatnya adalah di hati ternak. Sama dengan Plathyhelminthesyang lain, cacing ini memiliki sel api atau flame cell sebagai alat ekskresi, sistem saraf tangga tali serta memiliki alat pengisap atau suckeryang terdapat pada bagian mulut serta pada bagian ventral atau perut. Cacing ini bereproduksi secara generatif. Satu individu bisa menghasilkan 2000-4000 telur. Telur yang sudah dibuahi akan melewati saluran empedu kemudian ke usus dan akan keluar bersama feses. Cacing ini memiliki hospes sementara siput air dan hospes tetapnya adalah ternak. Daur hidup cacing ini dimulai dari telur yang berada dalam feses keluar ke lingkungan. Telur itu akan menetas menjadi larva bersilia mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput (sebagai inang antara), lalu berkembang menjadi sporosista, kemudian menjadi redia, lalu sekaria. Serkaria keluar dari tubuh siput, lalu menempel pada tanaman, kemudian berkembang menjadi metaserkaria. Ketika tanaman dimakan ternak, metaserkaria akan menetas di usus dan dewasa dalam organ hati.
2) Clonorchis sinensis. Clonorchis sinensismerupakan cacing hati yang parasit pada hati manusia. Cacing ini hospes antaranya adalah ikan air tawar. Daur hidup cacing ini dimulai dari telur yang keluar bersama feses, kemudian menetas menjadi sporosista yang akan berkembang menjadi redia. Redia akan berubah menjadi serkaria yang akan hidup di dalam tubuh ikan air tawar. Ketika ikan air tawar yang terinfeksi larva cacing ini tidak dimasak secara sempurna dan dimakan manusia, maka akan masuk menuju saluran pencernaan dan menuju saluran empedu dan dewasa dalam organ hati. Cacing ini dapat merusak sel-sel hati dan dapat menyebabkan kematian.
Cestoda (cacing pita )
Semua cacing pita tidak memiliki alat pencernaan, karena sari-sari makanan dapat langsung diserap melalui seluruh permukaan tubuhnya. Tubuhnya beruas-ruas atau biasa disebut sebagai proglotid,di mana setiap proglotid mengandung alat reproduksi, ekskresi, dan mampu menyerap sari makanan dari inangnya. Karena itulah tiap proglotid dapat dianggap sebagai koloni individu. Contoh dari cacing ini adalah Taenia saginatadan Taenia solium. Cacing Taenia solium merupakan cacing parasit yang dewasa pada manusia dengan hospes antara adalah babi. Berbeda dengan cacing Taenia saginata, cacing ini pada kepala (skoleks) terdapat alat pengisap dan kait dari kitin atau disebut sebagai rostelum. Taenia saginatasecara sepintas mirip dengan Taenia solium, hanya saja perbedaannya ada pada ukuran tubuhnya yang lebih panjang, pada kepalanya tidak memiliki rostelum dan hospes antaranya adalah sapi.
Daur hidup cacing Taenia sp
Proglotid dewasa yang telah menghasilkan telur keluar bersama feses, kemudian telur tersebut akan menetas menjadi onkosfer. Bila larva tersebut tertelan (sapi atau babi) maka larva tersebut akan berada dalam usus dan berkembang menjadi heksakan. Larva tersebut kemudian akan menembus dinding usus dan ikut bersama aliran darah dan masuk ke dalam otot atau daging. Di dalam otot atau daging (sapi atau babi) tersebut, larva akan berkembang lagi menjadi bentuk gelembung atau sistiserkus.Ketika seseorang mengonsumsi daging babi atau sapi yang di dalamnya ada larva tersebut, larva tadi akan ikut masuk ke dalam saluran pencernaan dan akan menetas menjadi cacing dewasa dalam usus manusia

D. NEMATHELMINTHES
Setelah membahas mengenai PoriferaCoelenterata dan Plathyhelminthes maka pada kesempatan kali ini Pojok Ilmu akan share artikel mengenai Nemathelminthes atau cacing Gilig.  Cacing ini ada yang hidup bebas dan ada yang bersifat parasit, baik pada hewan ataupun pada manusia.
Ciri-ciri Nemathelminthes
Tubuh tak beruas. Bentuk gilig (bulat panjang). Alat pencernaan sempurna (sudah memiliki mulut dan anus). Belum punya alat respirasi (pertukaran gas berlangsung difusi).
Nemathelminthes
Struktur Tubuh Nemathelminthes
Hewan ini memiliki susunan triploblastik pseudoselomata. Tubuhnya terdiri atas 3 lapisan (triploblastik), yaitu lapisan luar (ektoderm), lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan dalam (endoderm). Pada lapisan luar tubuhnya dilapisi oleh lapisan lilin atau kutikula. Rongga yang terdapat pada tubuhnya merupakan rongga semu atau tidak sejati (pseudoselomata). Cacing ini memiliki simetri tubuh bilateral. Cacing ini bersifat dioesius, yaitu cacing jantan dan cacing betina. Nemathelminthes memiliki sistem pencernaan yang sempurna, saluran pencernaan memanjang dari mulut sampai ke anus. Cacing ini belum memiliki sistem peredaran darah. Contoh-contoh cacing Nemathelminthes, antara lain:
  1. Ascaris lumbricoides. Untuk membedakan antara cacing jantan dan betina , biasanya tubuh cacing jantan berukuran lebih kecil daripada cacing betina dan bagian posterior cacing jantan bengkok. Daur hidup cacing ini dimulai dari telur yang keluar bersama feses. Apabila telur yang telah dibuahi tadi tertelan oleh manusia, di dalam usus telur tadi akan menetas dan menembus dinding usus, ikut bersama aliran darah. Larva yang ikut aliran darah akan menuju jantung lalu ke paruparu dan seterusnya akan ke kerongkongan. Apabila larva yang berada di kerongkongan tadi tertelan lagi akan tumbuh menjadi cacing dewasa dalam usus halus manusia.
  2. Wuchereria bancrofti. Cacing ini dapat menyebabkan penyakit kaki gajah (filariasis). Penularannya melalui gigitan nyamuk Culex. Cacing ini hidup dalam saluran limfe (getah bening) yang ada di kaki. Karena pembuluh getah bening yang ada di kaki tersumbat maka kaki penderita akan membesar seperti kaki gajah atau elephantiasis
  3. Ancylostoma duodenale. Cacing ini disebut juga sebagai cacing tambang. Disebut cacing tambang karena pada awalnya hanya ada pada daerah pertambangan. Larva cacing ini dapat masuk melalui pori-pori kulit kaki. Larva tadi akan ikut menuju jantung dan dewasa di usus halus manusia. Cacing ini dapat menghasilkan zat antikoagulan(zat antipembeku darah). Orang yang terkena cacing ini dapat terkena anemia.
  4. Enterobius vermicularis. Cacing ini biasa dikenal juga sebagai cacing kremi, hidup dalam usus manusia. Ketika cacing ini akan bertelur, mereka bergerak menuju anus dan bertelur di sana. Pada telur yang ditinggalkan itu juga terdapat semacam lendir yang menyebabkan rasa gatal pada daerah anus penderita. Karena rasa gatal tersebut mengakibatkan penderita akan menggaruknya, sehingga terjadi penularan dengan sendiri atau autoinfeksi


E. ANNELIDA
Setelah membahas mengenai PoriferaCoelenterataPlathyhelminthes dan Nemathelminthes. maka pada kesempatan kali ini Pojok Ilmu akan share mengenai Annelida. Annelida berasal dari kata annulus yang berarti cincin. Ini sesuai dengan bentuk tubuhnya yang beruas-ruas dan memanjang.
Ciri-ciri Annelida
  1. Bentuk gilig dan bersegmen.
  2. Tiap segmen mengandung alat pengeluaran, reproduksi, saraf.
  3. Tiap segmen yang sama disebut metameri.
  4. Sistem saraf tangga tali.
  5. Sistem sirkulasi terbuka (darah beredar melalui pembuluh darah yang tidak seluruhnya terhubung).
annelida
Struktur Tubuh Annelida
Annelida termasuk hewan yang memiliki lapisan tubuh triploblastik euselomata. Euselomata artinya sudah terdapat selom sejati, sistem peredaran darahnya berupa sistem sirkulasi terbuka, memiliki sistem saraf tangga tali. Tubuh hewan ini memiliki segmen dan setiap segmen tersebut (disebut metameri) memiliki sistem saraf, pencernaan, reproduksi serta memiliki sistem ekskresi.
Klasifikasi Annelida
  1. Polychaeta. Polyartinya banyak dan chaeta artinya rambut, jadi pada tubuh cacing ini banyak sekali dijumpai rambut. Kulitnya dilapisi oleh kutikula, memiliki sistem saraf tangga tali dengan pusat sarafnya adalah ganglion. Cacing ini sebagian besar hidup di laut. Contoh spesies cacing ini adalah Nereis virens, Eunice viridis(cacing wawo), dan Lysidice oele(cacing palolo). Cacing wawo dan cacing palolo merupakan cacing yang enak dimakan dan memiliki kandungan protein yang tinggi. Cacing ini banyak dijumpai di wilayah perairan kepulauan Maluku serta Fiji negara Jepang.
  2. Olygochaeta. Cacing ini memiliki chaeta atau rambut yang jumlahnya sedikit. Cacing ini banyak hidup di darat ataupun perairan tawar. Bersifat hermafrodit, sehingga di dalam tubuhnya dapat dijumpai ovarium dan testis. Pada beberapa segmen tubuh cacing ini epidermisnya mengalami penebalan, disebut klitellum.Pada waktu reproduksi pada bagian klitellum akan mengeluarkan kokon. Kokon inilah yang nantinya akan menetas menjadi individu baru. Respirasi dilakukan secara difusi melalui seluruh permukaan tubuhnya. Contoh: cacing tanah (Pheretima, Lumbricus terrestris).
  3. Hirudinea. Cacing ini termasuk cacing pengisap darah. Adapun yang termasuk dalam kelas ini adalah bangsa lintah. Contohnya adalah lintah (Hirudo medicinalis) dan pacet (Haemadipsa javanica). Lintah biasanya hidup di daerah yang lembap, sebelum mengisap darah, lintah akan menyuntikkan zat anastesiatau bius ke dalam tubuh korbannya, sehingga ketika diisap darahnya, korban tidak merasa sakit. Lintah juga dapat menghasilkan zat antikoagulan (zat anti pembeku darah), yang disebut hirudin. Adanya zat antikoagulan tersebut menyebabkan darah korban yang diisap tidak akan membeku. Lintah memiliki dua alat pengisap yang terletak di bagian anterior dan posterior. Untuk dapat mencegah agar kita tidak digigit atau ketika kita sedang digigit adalah dengan memberikan air tembakau atau garam, dapat pula tubuh diolesi dengan balsem atau minyak kayu putih


F. MOLLUSCA
Setelah membahas mengenai PoriferaCoelenterataPlathyhelminthesNemathelminthes dan Annelida maka pada kesempatan kali ini Pojok Ilmu akan share artikel mengenai Mollusca.
Ciri-ciri Mollusca
Mollusca berarti hewan yang bertubuh lunak. Sering kita jumpai hewan ini, baik di darat ataupun perairan. Hewan ini memiliki sifat kosmopolit, artinya hewan ini terdapat di mana-mana. Hewan ini sebagian besar dilindungi oleh cangkang meskipun ada juga yang tidak memiliki cangkang. Mollusca sudah memiliki sistem pencernaan, peredaran darah, respirasi, ekskresi, reproduksi, dan juga sistem saraf.
Snail of Burgundy
Snail of Burgundy
Klasifikasi
Mollusca dibagi menjadi 5 kelas, yaitu:
  1. Amphineura. Saat ini sudah dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu: 1) Aplacophora (tidak bercangkang) 2) Monoplacophora (bercangkang tunggal/satu sisi) 3) Polyplacophora. Hewan ini memiliki ciri-ciri, yaitu cangkangnya memiliki susunan yang bertumpuk-tumpuk seperti susunan genting, hidupnya melekat di dasar perairan. Pada mulutnya dilengkapi dengan lidah parut atau radula. Contohnya adalah Chiton.
  2. Bivalvia. Hewan ini disebut sebagai bivalvia karena tubuhnya dilindungi oleh cangkangnya yang setangkup, memiliki tubuh simetri bilateral. Hewan golongan ini bernapas dengan insang yang berlapis-lapis yang berbentuk seperti lembaran sehingga disebut juga sebagai Lamelibranchiata(lamela=lembaran, branchia= insang). Dari celah cangkangnya akan keluar kaki yang pipih seperti mata kapak sehingga hewan ini disebut juga Pelecypoda (pelecy= pipih, podos= kaki). Di bagian bawah cangkang terdapat mantel, yang terdiri atas jaringan khusus yang digunakan untuk membungkus alat-alat dalam, seperti alat pencernaan, alat reproduksi, insang, saraf ataupun jantung. Sistem peredaran darahnya terbuka. Di bagian belakang mantel ada sifon yang digunakan untuk jalan masuk dan keluarnya air. Salah satu contoh hewan yang termasuk dalam kelas ini adalah Maleagrina margaritivera(kerang mutiara). Cangkang kerang terdiri atas 3 lapisan, yaitu: 1) Lapisan periostrakum, merupakan lapisan paling luar dan tersusun atas zat tanduk. 2) Lapisan prismatik, merupakan lapisan tengah yang tebal, terdiri atas zat kapur. 3) Lapisan nakreas, merupakan lapisan paling dalam yang tersusun atas zat-zat kapur yang halus. Lapisan ini disebut juga sebagai lapisan mutiara. Contoh spesies yang lain adalah: Asaphis detlorata(remis), Pecten, Ostrea(tiram).
  3. Gastropoda. Sesuai dengan namanya, gaster artinya perut dan podos adalah kaki, Gastropoda adalah anggota phylum Mollusca yang menggunakan perut sebagai kaki atau berjalan dengan menggunakan perutnya. Semua Gastropoda memiliki cangkang sebagai pelindung kecuali Vaginulae. Contoh spesiesnya adalah Achatina fulica(bekicot). Bekicot merupakan hewan hermafrodit, alat reproduksinya adalah ovotestes. Alat ini mampu menghasilkan ovum dan sperma, namun dalam fertilisasinya tetap membutuhkan individu lain. Alat pernapasannya adalah insang untuk yang hidup di perairan dan paru-paru untuk yang hidup di darat. Memiliki sistem peredaran darah terbuka dan memiliki sistem pencernaan makanan yang sempurna. Pada mulut terdapat alat-alat, seperti rahang, gigi parut (radula), dan lidah. Memiliki dua pasang antena, sepasang antena panjang yang dilengkapi bintik mata untuk membedakan gelap dan terang serta sepasang antena pendek sebagai indra peraba dan pembau. Contoh-contoh yang lain adalah: Lymnaea(siput), Melania (sumpil).
  4. Schapopoda. Hewan ini hidupnya ada di dasar perairan atau terpendam dalam pasir atau lumpur. Contoh spesiesnya adalah Dentalium vulgare. Cangkang hewan ini mirip dengan bentuk gading namun memiliki ujung yang terbuka


G. ARTHROPODA
etelah membahas mengenai PoriferaCoelenterataPlathyhelminthesNemathelminthesAnnelida dan Mollusca, maka pada kesempatan kali ini Pojok Ilmu akan share artikel mengenai Arthropoda. Kata Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthrosartinya ruas atau buku atau sendi dan podosartinya kaki. Jadi, Arthropoda adalah hewan yang kakinya beruas-ruas. Di dunia ini sebagian besar hewan yang tersebar di atas bumi adalah anggota phylum Arthropoda.
Ciri-ciri Arthropoda
Tubuh Arthropoda beruas-ruas, dan terbagi atas caputatau kepala, thoraxatau dada, dan abdomenatau perut. Memiliki eksoskeleton(rangka luar) yang tersusun atas zat kitin. Sistem peredaran darah terbuka, dalam darah tidak mengandung hemoglobin, sehingga darah hanya berfungsi mengedarkan sari-sari makanan dan oksigen diedarkan melalui sistem trakea. Arthropoda ada yang bernapas dengan trakea, insang, paru-paru buku, dan difusi melalui seluruh permukaan tubuh. Alat ekskresi berupa badan malphigi dan nefridia. Reproduksi secara seksual dengan peleburan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum). Memiliki simetri tubuh bilateral, yaitu apabila dibelah dari satu sumbu hanya menghasilkan sisi kanan dan sisi kiri.
antropoda
Klasifikasi Arthropoda
Klasifikasi Arthrophoda dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
Crustaceae
Ciri-ciri Crustaceae. Crustaceae berasal dari kata crusta yang berarti berkulit keras. Tubuhterbagi atas 2 bagian , yaitu sefalotoraks(kepala, dada) dan abdomen( perut). Tubuh dilindungi oleh eksoskeleton ( karapaks ) yang tersusun dari zat kitin. Waktu makan udang, bagian inilah yang biasanya dibuang. Udang memiliki 5 pasang kaki di sefalotoraksdan 5 pasang kaki pada abdomen, sepasang kaki pertama yang memiliki bentuk seperti capit, disebut keliped yang digunakan untuk mempertahankan diri dan memegang mangsa. Empat pasang kaki berikutnya adalah kaki yang digunakan untuk berjalan, disebut juga pereipoda, 5 pasang kaki yang terletak pada bagian perut digunakan untuk berenang atau biasa disebut sebagai pleopoda. Habitat di perairan, baik air tawar ataupun air laut. Crustaceae merupakan hewan omnivora, makanannya berupa tumbuhan ataupun hewan-hewan kecil yang ada di perairan. Memiliki sistem peredaran darah terbuka, jadi darah yang beredar dalam tubuhnya tidak melalui pembuluh melainkan langsung beredar ke dalam ronggarongga yang ada dalam tubuhnya. Pada bagian kepala terdapat dua pasang antena. Sepasang antena pendek dilengkapi dengan stigma atau bintik mata yang berfungsi untuk membedakan antara gelap dan terang, serta sepasang antena panjang sebagai indra peraba yang dilengkapi dengan statolityang berfungsi untuk keseimbangan badan waktu berada di perairan.
Klasifikasi Crustaceae
  1. Entomostraca. Merupakan Crustaceae tingkat rendah ( zooplankton). Dibagi dalam 4 kelas: Branchiopoda, Ostracoda, Copepoda, dan Cirripedia
  2. Malacostraca. Merupakan Crustaceae tingkat tinggi. Dibagi dalam 3 kelas : Isopoda, Stomatopoda, dan Decapoda Contohnya adalah udang, kepiting, lobster, dan rajungan.
Myriapoda
Tubuh Myriapodatersusun atas caput (kepala) dan abdomen (perut) (tak punya dada). Tubuh terdiri dari 10 – 200 ruas dan tiap ruas terdapat 1 pasang kaki sehingga disebut hewan berkaki seribu. Respirasi dengan trakea yang bermuara pada spirakelyang ada di bagian sisi kanan dan kiri sepanjang tubuhnya. Sistem saraf tangga tali dengan sepasang ganglion sebagai otaknya. Myriapoda terbagi menjadi 2 ordo, yaitu: 1) Chilopoda Setiap ruas tubuh memiliki sepasang kaki. Chilopodamerupakan hewan yang beracun yang dapat mematikan mangsanya dengan racun yang dimiliki tersebut. Contohnya Scolopendra subspinipes(lipan). 2) Diplopoda Berbeda dengan Chilopoda, kalau pada Diplopodasetiap ruas pada tubuhnya memiliki 2 pasang kaki. Termasuk detritivor, yaitu hewan pemakan sisa-sisa sampah. Contohnya adalah Julus teristris(luwing). Apabila hewan ini dalam keadaan bahaya atau merasa terganggu akan menggulung badannya untuk mempertahankan diri.
Arachnoidea
Tubuh Arachnoideaterdiri dari sefalotoraks (kepala dada menyatu) dan abdomen(perut). Pada bagian dorsal tubuhnya memiliki perisai karapaks yang tersusun atas zat kitin. Hewan ini memiliki 4 pasang kaki yang terdapat di dada yang dipergunakan untuk berjalan. Di bagian kepala memiliki 2 pasang alat mulut, yaitu sepasang alat sengat (chelicera) yang dipergunakan untuk melumpuhkan mangsa dan alat capit (pedipalpus) yang dipergunakan untuk memegang mangsanya. Respirasi dengan paruparu buku, pada bagian ventral tubuhnya terdapat lubang atau pori-pori yang merupakan muara dari paru-paru buku. Sistem peredaran darah yang dimiliki adalah sistem peredaran darah terbuka karena darah mengalir tanpa melewati pembuluh darah. Seperti halnya dengan Arthropoda yang lain, Arachnoidea juga memiliki sistem saraf tangga tali. Alat ekskresi yang dimiliki berupa badan malphigi. Khusus pada ordo Arachnida, pada daerah posterior terdapat dua lubang yang berfungsi sebagai tempat keluarnya jaring disebut sebagai spineret.
Klasifikasi Arachnoidea:
  1. Scorpionida, contoh: kalajengking.
  2. Arachnida, contoh: labah-labah.
  3. Acarina, contoh: caplak, tungau.
Hexapoda (Insecta)
Insecta merupakan kelompok hewan yang memiliki jumlah anggota paling banyak dan daerah persebarannya sangatlah luas, hampir di semua tempat serangga bisa hidup atau disebut juga memiliki sifat kosmopolit. Tubuh tersusun atas caput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Perut terdiri 11 segmen, pada segmen ke-9 dan 10 terdapat alat kelamin, yaitu ovopositoryang dipergunakan untuk meletakkan telur. Respirasi dengan trakea, sistem trakea yang ada pada tubuhnya bermuara pada pori-pori kecil yang ada di kanan kiri sistem tubuhnya atau disebut sebagai spirakel. Sistem peredaran darah terbuka dan alat ekskresi berupa badan malphigi. Contoh hewan ini adalah belalang. Pada kepala belalang yang terdiri atas enam segmen terdapat alat-alat sebagai berikut:
  1. Mata, pada belalang memiliki 2 macam mata, yaitu mata tunggal (oselus) dan mata majemuk (facet).
  2. Antena, berguna sebagai alat indra pembau.
  3. Mulut, dipergunakan untuk makan.
Darah belalang tidak berwarna merah karena dalam darahnya tidak mengandung hemoglobin, namun darahnya berwarna hijau kebiruan karena dalam darahnya mengandung hemosianin. Oleh karena itu, darah belalang tidak berfungsi untuk mengedarkan oksigen tapi untuk mengedarkan sari-sari makanan. Oksigen dalam tubuhnya diedarkan oleh sistem trakea.
Dalam proses pertumbuhan menuju kedewasaannya, serangga mengalami proses perubahan wujud dari telur sampai menjadi hewan dewasa atau disebut sebagai metamorfosis.Metamorfosis ada 2 macam, yaitu:
  1. Metamorfosis sempurna. Telur olarva (ulat) opupa (kepompong) oimago (hewan dewasa). Contoh hewan yang mengalami metamorfosis sempurna antara lain lebah dan kupu-kupu.
  2. Metamorfosis tak sempurna. Telur onimfa (hewan muda) oimago (dewasa). Contoh hewan mengalami metamorfosis tidak sempurna antara lain belalang dan jangkrik.
Klasifikasi Insecta
  • (Apterygota, yaitu serangga yang tidak memiliki sayap, contohnya adalah kutu buku (Lepisma).
  • Pterygota, yaitu serangga yang memiliki sayap. Pterygota dibagi menjadi 10 ordo, yaitu: (a) Odonata,contoh capung. (b) Orthoptera,contoh belalang sembah (Stagmomantis), orong-orong (Grylotalpa), jangkrik (Acheta domestica). (c) Isoptera, contohnya adalah laron. (d) Hemiptera,contohnya adalah walang sangit. (e) Homoptera,contohnya adalah kutu daun dan kutu kepala.(f) Coleoptera,contohnya adalah kepik, kumbang kelapa. (g) Lepidoptera,contohnya adalah kupu-kupu. (h) Diptera,contohnya adalah nyamuk. (i) Siphonoptera,contohnya adalah kutu anjing. (j) Hymenoptera,contohnya adalah lebah madu (Apis cerana).
Tipe mulut serangga
  • Tipe orthopteran: mandibula keras, menggigit dan mengunyah, contoh belalang.
  • Tipe hemipteran: punya 4 alat penusuk (stilet), contoh kutu busuk dan wereng.
  • Tipe anopluran: punya 3 stilet, menusuk dan mengisap, contoh kutu pengisap darah.
  • Tipe dipteran: mulut untuk menusuk dan menjilat, contoh nyamuk dan lalat.
  • Tipe hymenopteran: pengisap, contoh lebah.
  • Tipe lepidopteran: mulut seperti belalai untuk mengisap, contoh kupu-kupu.
Peranan serangga
  • Penghasil madu.
  • Ulat sutra penghasil sutra.
  • Serangga predator hama (membantu membasmi serangga).
  • Membantu penyerbukan.
Serangga yang merugikan
  • Wereng padi (hama padi).
  • Kumbang kelapa merusak tanaman kelapa.
  • Nyamuk dan lalat menyebarkan penyakit.
  • Kutu busuk dan kutu kepala menghisap darah.


H. ECHINODERMATA
Sahabat sekalian pada kesempatan kali ini Pojok Ilmu akan share artikel mengenai Phylum Encinodermata. Encinodernata Berasal dari kata Echinosyang berarti duri dan dermalyang berarti kulit, jadi Echinodermataadalah hewan berkulit duri.
Ciri-ciri Echinodermata
Echinodermatamerupakan hewan yang memiliki habitat di laut, serta tubuhnya memiliki simetri radial. Hewan ini sudah memiliki sistem pencernaan yang sempurna di mana mulut sebagai jalan masuknya makanan berada di bagian bawah dan anus sebagai jalan keluarnya sisa pencernaan berada di sebelah atas. Sistem gerak dengan menggunakan kaki ambulakral, selain itu kaki juga digunakan untuk menangkap mangsa. Secara umum Echinodermatamemiliki 5 lengan, hewan ini memiliki kemampuan autotomi,yaitu kemampuan untuk membentuk kembali organ tubuhnya yang terputus. Seperti halnya dengan hewan akuatik yang lain, Echinodermata juga bernapas dengan insang.
Echinodermata
Sistem saraf berupa cincin saraf yang mengelilingi mulut, lalu bercabang 5 menuju masing-masing lengan yang dimiliki. Reproduksi secara generatif, yaitu dengan peleburan antara sperma dan ovum sehingga akan dihasilkan zigot. Mekanisme gerak melalui sistem kaki ambulakral adalah sebagai berikut: air masuk melalui madreporitkemudian turun ke saluran cincin lalu masuk ke dalam saluran radial, setelah itu air masuk ke kaki-kaki tabung, air disemprotkan sehingga dalam kaki tabung muncul tekanan hidrolik dari air dan akhirnya kaki tabung menjulur ke luar, akibatnya ampula melekat pada benda lain sehingga bisa berpindah tempat.
Klasifikasi Echinodermata
Phylum Echinodermatadibagi menjadi 5 kelas, yaitu:
  1. Asteroidea (bintang laut). Asteroidea sering disebut sebagai bintang laut, sesuai dengan namanya itu, hewan ini memiliki bentuk seperti bintang dengan lima lengan pada tubuhnya. Pada permukaan tubuhnya dilengkapi dengan duri. Organ tubuh yang dimiliki bercabang kelima buah lengannya. Hewan ini banyak sekali dijumpai di daerah pantai. Pada permukaan bawah tubuhnya terdapat mulut dan kaki tabung yang digunakan untuk bergerak. Pada bagian atas atau aboral terdapat anus dan madreporit yang merupakan saluran penghubung air laut dengan sistem pembuluh air yang ada dalam tubuh. Contoh: Astropecten irregularis, Culeitin.
  2. Ophiuroidea (bintang ular laut). Hewan ini disebut juga sebagai bintang ular laut karena tubuhnya memiliki lima lengan yang apabila digerak-gerakkan menyerupai gerakan ular. Selain itu, hewan ini tidak memiliki anus sehingga sisa pencernaannya dikeluarkan lewat mulutnya. Hewan ini biasa hidup di laut yang dalam ataupun laut dangkal. Banyak dijumpai di balik batu karang ataupun mengubur dirinya dalam pasir. Hewan ini makanannya adalah udang, kerang, ataupun sampah dari organisme lain, contohnya adalah Ophioplocus.
  3. Crinoidea (lili laut). Secara sepintas hewan ini sangat mirip dengan tumbuhan yang hidup di laut. Hidupnya menempel pada substrat yang ada di laut. Memiliki lima buah lengan dan sering disebut sebagai lili laut. Paling primitif dibandingkan yang lain dan memiliki bentuk tubuh seperti piala, contohnya adalah Antedon sp, Holopus sp.
  4. Echinoidea. Bentuk tubuh bulat dan diliputi duri yang banyak, contoh Diadema (bulu babi) danEchinus(landak laut). Mulut terletak di bagian oral dan dilengkapi dengan 5 buah gigi, sedangkan madreporit, anus, dan lubang kelamin terletak di bagian aboral!
  5. Holothuroidea. Berperan sebagai pembersih di laut karena merupakan pemakan kotoran dan sisa makhluk hidup yang lain, contohnya Holothuria Sp. (teripang). Hewan ini memiliki duri yang halus sehingga berbeda dengan Echinodermata yang lain. Bentuk tubuhnya menyerupai mentimun sehingga disebut juga sebagai mentimun laut atau teripang. Mulut terletak pada bagian anterior dan anus terletak pada bagian posterior. Tiga baris kaki di daerah ventral untuk bergerak dan dua baris di bagian dorsal digunakan untuk bernapas.


I. CHORDATA
 Chordata berasal dari bahasa Yunani. Chordata berarti tali. Jadi, Chordata berarti hewan yang mempunyai chorda di bagian punggung.
Ciri-ciri Chordata
Mempunyai chorda dorsalis. Mempunyai celah insang dan batang saraf dorsal. Bentuk tubuh simetri bilateral. Mempunyai coelom. Mesoderm merupakan dinding coelom berasal dari entoderm primer, sehingga Chordata termasuk enterodermata.
Klasifikasi Chordata
chordata
Berdasar ada tidaknya kranium (tengkorak), Chordata dibagi menjadi:
  1. Acraniata (tidak berkranium) Acraniata dibagi menjadi 3 subfilum: 1) Hemichordata Tubuh bagian depan terdapat probocis atau belalai untuk membuat lubang pada lumpur atau pasir. Di dasar probosis terdapat leher, mengelilingi coelom, bentuk seperti krah baju. Badan (trunchus) berbentuk panjang agak pipih dan terdapat celah insang. Tubuh lunak, berbentuk silindris menyerupai cacing. Tempat hidup di laut. Chorda dorsalis hanya terdapat pada bagian anterior tubuh. Contoh: Balanoglossus, Cephalodiscus sp. 2) Urochordata atau Tunicata Chorda dorsalis terdapat di dalam ekor pada waktu larva selanjutnya chorda dorsalis dan ekor mereduksi. Hidup di laut. Hewan dewasa hidup menempel pada suatu tempat, larva dapat berenang dan hidup bebas. Tunicata dibagi menjadi 3 kelas: a) Ascidiaceae, contoh: Ascidia intertinalis. b) Thallasea,contoh: Doliolum denticulatum. c) Larvaceae, contoh: Appendicularia sp. 3) Cephalochordata Ciri-ciri: a) Chorda dorsalis ada sepanjang hidup. b) Bentuk memanjang dari ujung anterior sampai ujung posterior. c) Pembuluh dorsal berkembang biak, sampai dewasa punya celah faring. d) Hidup di laut, hidup bebas. e) Ujung-ujung tubuh meruncing. f) Tubuh transparan sehingga alat-alat dalam tubuh kelihatan. g) Pada mulut dilengkapi tentakel halus atau sirri. h) Sirri terdapat pada suatu membran atau velum yang mengelilingi mulut. Contoh: Amphioxus.
  2. Craniata (berkranium). Berdasar alat gerak, vertebrata dibagi menjadi 2 kelompok: 1) Pisces, alat gerak berupa sirip, meliputi: a) Kelas Agnatha Rangka terdiri atas tulang rawan, sirip tidak berpasangan. Di bagian ventral tubuh terdapat mulut dan lubang hidung. Celah faring 5 pasang. Jantung 2 ruang: atrium dan ventrikel. Contoh: ikan bermulut bundar (Cyclostomata), ikan lamprey (Petromyxin Sp.), ikan hag (Polistotrema sp). b) Kelas Chondrichtyes Endoskeleton semuanya terdiri dari tulang rawan. Celah faring 5 pasang. Tidak punya tutup insang. Bagian ventral tubuh terdapat lubang hidung dan mulut. Jantung terdiri dari 2 ruang, yaitu atrium dan ventrikel. Contoh: ikan hiu (Squalus sp), ikan cucut macan (Galeocerdoryneri), dan ikan pari.
  3. c) Kelas Osteichthyes. Ikan bertulang sejati. Di kepala terdapat sepasang mata, selaput pendengaran, celah mulut, lubang hidung, celah insang dan tutup insang. Alat gerak berupa sirip yang berpasangan, untuk keseimbangan dibantu sirip punggung, untuk kemudi sirip ekor. Terdapat gurat sisi dan 3 lubang keluar. Tubuh dilindungi kulit tipis, transparan, banyak kelenjar lendir, tertutup sisik. Contoh: ikan bandeng, ikan mas, ikan tawas, ikan lele, dan ikan kakap. 2) Tetrapoda, alat gerak berupa kaki yang berjumlah 4 buah, meliputi: a) Kelas Amphibia Habitat saat larva di air, saat dewasa di darat. Kulit selalu basah (berlendir). Tidak bersisik. Anggota gerak 2 pasang untuk berjalan atau berenang. Alat pernapasan larva dengan insang, saat dewasa dengan paru-paru. Suhu tubuh poikilotermis. Berkembang biak secara kawin. Fertilisasi eksternal. Ovipar. Amphibia dapat dibedakan menjadi beberapa ordo: (1) Apoda (Amphibia tidak berkaki). (2) Urodella atau Caudata (Amphibia berekor dan berkaki). Contohnya Salamandra (kelompok Salamander). (3) Anura (Amphibia tidak berekor). Contoh: katak hijau, katak bangkong. b) Kelas Reptilia Bernapas dengan paru-paru. Kulit kering bersisik. Sisik dari zat tanduk. Tidak berkelenjar lendir maupun kelenjar keringat. Alat gerak berupa 2 pasang kaki yang berjari-jari dan berkuku. Suhu tubuh poikiloterm. Berkembang biak secara kawin. Fertilisasi internal. Ovipar, ovovivipar, maupun vivipar. Reptilia dibagi menjadi beberapa ordo: (1) Squamata Dibagi: (a) Subordo Lacertilia, contoh: cicak, kadal, dan tokek. (b) Subordo Ophidia atau Serpentes, contoh: ular kobra, ular derik. (2) Chelonia (golongan kura-kura) Contoh: kura-kura, penyu. (3) Crocodilia atau Loricata Contoh: buaya (4) Rhynchochephalia Contoh: Sphenodon punctatum
  4. c) Kelas Aves` Tubuh ditutupi bulu. Alat gerak bagian depan berupa sayap. Suhu tubuh homoiterm. Contoh: burung merpati, bangau, pelikan, ayam, dan kasuari. d) Kelas Mamalia Tubuh berambut. Punya kelenjar susu. Suhu tubuh homoiterm. Mamalia dibagi menjadi beberapa ordo: (1) Monotremata,ovipar, mengerami telur dan bila telur menetas anaknya akan menyusu pada induk. Contoh: Platyphus, Ornithorynchus(cungur bebek). (2) Marsupialia, hewan berkantong, vivipar. Contoh: kanguru, kuskus. (3) Chiroptera, tangan sebagai sayap. Contoh: kelelawar. (4) Insectivora, pemakan serangga, contoh: tikus cucurut (Suncus marinus). (5) Pholidota, tubuh bersisik, contoh: trenggiling (Manis javanicus). (6) Rodentia, hewan pengerat, contoh: tikus, tupai, dan landak. (7) Logomorpha,contoh: kelinci. (8) Cetacea, contoh: ikan paus. (9) Sirenia,contoh: ikan duyung. (10)Carnivora,hewan pemakan daging, contoh: harimau (11)Pinnipedia,contoh: singa laut dan anjing laut. (12)Proboscideacontoh: gajah India. (13)Perissodactyla,contoh: badak, kuda, tapir. (14)Arthrodactyla, contoh: babi, kambing, sapi, rusa, kerbau. (15)Dermoptera. (16)Primatadibedakan menjadi 2 subordo: (a) Prosimii dibagi menjadi 3 familia: – Tupaidae, contoh tupai – Lemuridae, contoh lemur – Tarsiidae, contoh tarsius (b) Arthropoidae dibagi menjadi 3 familia- Cercopithecidae, contoh kera babon – Pongidae, contoh simpanse – Hominidae, contoh manusia



Share:

No comments:

Post a Comment